SOKOGURU, Jakarta- Sebagai sesama saudara, sewajarnya seluruh warga tidak memandang suku, agama dan ras di Indonesia.
“Kita tinggal di Indonesia, maka kita harus bertindak selayaknya satu bangsa,” ujar Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dalam tausiahnya, pada acara Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menggelar Buka Puasa Bersama dengan Ibu Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dan anak-anak yatim, di Henry Soetio Hall, Gedung KWI, Selasa (25/3) sore.
Di sela ceramah kebangsaannya itu, Shinta juga memimpin para tamu untuk menyanyikan Satu Nusa Satu Bangsa.
Kedatangan Shinta Nuriyah yang hadir bersama Alissa Wahid disambut Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Kardinal Suharyo dan Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK) KWI Mgr Christophorus Tri Harsono.
Baca juga: Buka Puasa Bareng Insan Musisi, Wali Kota Bandung Ajak Kolaborasi Maju Bersama
Hadir pula dalam acara tersebut Sekretaris Eksekutif KWI Romo Paulus Christian Siswantoko, dan Sekretaris Eksekutif Komisi HAK KWI Romo Aloysius Budi Purnomo.
Sementara tamu undangan yang hadir pula Wali Kota Jakarta Pusat, Arifin, dan dua anggota DPR yakni Abraham Sridjaja dari Golkar dan Yulius Setiarto dari PDI Perjuangan.
Sebelum Shinta Nuriyah berceramah, lebih dulu digelar pembacaan Al- Qur’an dan saritilawah, serta tarian Sufi yang diiringi Hadroh.
Dalam pesannya sebelum berbuka puasa, Kardinal Suharyo mengajak semua yang hadir untuk mendengarkan nasihat-nasihat Shinta Nuriyah yang telah berkeliling ke berbagai tempat selama bulan suci Ramadan ini. “Saya pribadi merasakan damai yang sungguh-sungguh sejuk karena merasakan aura bulan suci Ramadan ini,” tutur Kardinal Suharyo dalam siaran resmi KWI yang diterima Sokoguru, Rabu (26/3).
Membangun harapan bersama
Lebih lanjut, Kardinal Suharyo mengungkapkan, setiap tahun Departemen Hubungan Antaragama di Vatikan mengeluarkan surat sapaan setiap kali ada hari raya keagamaan.
Baca juga: Menag Nasaruddin: Kerukunan Umat Beragama Sudah Kuat, Saatnya Kerukunan dengan Alam
“Tahun ini adalah tahun yang kesekian dan judul sapaannya adalah 'Apa yang kita harapkan bersama'. Jawaban kita semua tahu di dalam hati kecil kita adalah persaudaraan. Harapannya adalah damai,” katanya.
Menurutnya, semua orang tahu antara harapan dan kenyataan itu seringkali berbeda, dan bisa saja jaraknya semakin jauh.
“Kita semua mengharapkan damai. Tetapi perang semakin meluas. Kita semua mengharapkan kesejahteraan tetapi akhir-akhir ini ekonomi dunia susah. Kita membaca setiap hari di koran saudara-saudara kita banyak yang mengalami PHK, dan berbagai macam kesulitan lain,” ucapnya.
Dengan situasi semacam itu, lanjut Kardinal Suharyo, pimpinan Gereja Katolik mengajak khususnya dalam kesempatan ini kepada umat Islam untuk membangun harapan. Tujuannya agar antara kenyataan dan cita-cita tidak semakin jauh tetapi semakin dekat.
“Untuk itu kita semua diajak untuk membangun mewujudkan tanda-tanda pengharapan. Dan salah satu tanda yang sangat penting untuk bangsa kita adalah persatuan, kebersamaan seperti yang kita alami dalam miniatur di ruangan ini,” imbuh Kardinal.
Baca juga: Miliki Kesamaan Semangat, Garuda Indonesia-KWI Jajaki Kerja Sama Community Privilege
“Dan yang mempersatukan kita, adalah Bu Shinta dengan segala macam kebijaksanaan pengalamannya sebagai Ibu Bangsa. Terima kasih Ibu Shinta, terima kasih para sehabat sekalian, mari kita gunakan kesempatan ini untuk memeriksa hati kita supaya kita semua dengan peran kita yang berbeda-beda dapat menjadi penabur-penabur pengharapan,” tutupnya.
Sebelumnya, jelang buka puasa atau ngabuburit, Trio Calista Alina Niceta atau CAN ikut menghibur para tamu dengan sejumlah lagu. Demikian juga di tengah makan bersama saat buka puasa, trio tersebut menyumbangkan beberapa lagu.(SG-1)